10 Juni, 2017

Allah tidak membedakan orang



Kisah Para Rasul 10:34-43
Sulit untuk tidak membedakan orang di dalam kasih dan kebaikan pada zaman ini. Dunia seharusnya terkejut ketika tsunami di Aceh, yang dipercayai sebagian orang sebagai akibat penolakan orang Aceh terhadap perayaan natal dan ternyata bantuan pertama yang sampai ke Aceh adalah dari Amerika yang dikumpulkan oleh gereja-gereja di Amerika. Kapal pertama berisi berbagai bantuan dan tenaga kemanusiaan justru dari orang-orang Kristen. Apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Mengapa orang Kristen mampu melakukan hal itu? Karena kita terpanggil untuk tidak membedakan orang. Itulah hal yang membanggakan dari iman Kristen.
Kita terpanggil untuk tidak membedakan orang. Dalam panggilan untuk tidak membedakan manusia, sebenarnya berbuat baik dan melakukan kasih atas nama kemanusiaan saja tidak cukup, melihat orang lain sebagai manusia yang sama saja tidak cukup. Allah yang tidak membedakan manusia memanggil kita untuk melihat secara berbeda yakni orang lain bukan hanya sesama seperti kita tetapi ingat : Di dalam diri mereka ada cerminan Allah, di wajah mereka ada wajah Allah. Dr. Paul Brand, ahli bedah dunia yang memberi perhatian pada orang kusta berkata,“Setiap kali saya membedah seorang pasien, saya membedahnya dengan perasaan hati yang teriris, sebab saya bukan saja sedang mengiris daging manusia, tetapi saya sedang mengiris suatu bagian dari tubuh Tuhan yang sempurna, setiap kali saya melihat raut sakit di muka mereka, saya menemukan raut sakit Yesus yang disalibkan, sebab di wajah mereka ada wajah Tuhan.”
Sayangnya sisi real kita adalah suka membedakan orang. Manusia pada dasarnya mudah membedakan orang dalam perlakuan. Bangsa ini malah mau dibawa untuk saling membedakan dalam perlakukan hanya karena agama, ras, golongan atau karena berbeda pandangan. Kita suka membedakan karena ikatan keluarga. Membedakan karena nilai rasa suka atau tidak suka. Rasa suka atau tidak suka sangat subyektif dan kadang tanpa alasan yang cukup masuk akal. Orangtua juga membedakan dalam memperlakukan anak kandungnya. Bahkan ada yang suka membedakan tanpa alasan. Suka-suka saja.
Apa kata alkitab tentang hal ini? Orang Yahudi membuat pemilahan yang jelas untuk membuat pembedaan.
1.    Beda secara suku bangsa
Nilai diri sebagai bangsa yang istimewa membuat orang Yahudi mengelompokkan orang di bukan Yahudi sebagai non-Yahudi. Kesan kata non-Yahudi sepertinya biasa namun bagi orang Yahudi, istilah itu untuk merendahkan.
2.    Beda haram halal
Orang Yahudi membuat pembedaan yang tegas antara yang halal dan haram, yang najiz dan kudus. Yahudi sentris membuat mereka menilai semua yang bukan Yahudi sebagai kafir dan segala hal yang bertentangan dengan hukum Taurat adalah haram.
3.    Beda Yahudi dan non-Yahudi.
Selain kelompok Yahudi dan non-Yahudi, ada juga kelompok proselit. Proselit dikelompokkan lagi menjadi:
-       Proselit sempurna (mereka yang dianggap telah benar-benar menjadi Yahudi dan disunat) dan
-       Proselit sebagian atau proselyte of the gate (Mereka tidak disunat dan hanya menaati beberapa hukum moral Yahudi.
Kornelius dikelompokkan dalam semi proselit.
Petrus ada dalam kebingungan cara pandang orang Yahudi. Petrus mulanya masih ada pada pola pemahaman ini. Lalu Petrus diubahkan dengan pola pandangan yang baru ketika Tuhan mengutusnya ke rumah Kornelius.
Yesus adalah Allah yang tidak membedakan sejak semua. Haruskah Kita Membedakan Sesama? Kalau ada kecenderungan dalam diri untuk memberdakan manusia maka ingatlah :
1.    Kita yang adalah seteru bagi Allah tapi Allah tidak membedakan kita dalam anugerah kasih-Nya
Dosa membuat kita menjadi seteru Allah (Bdg.Rm.5:10). Keinginan daging adalah perseteruan dengan Allah (Rm.8:) namun Allah tetap mengasihi kita dan tidak mengingat dosa-dosa kita
2.    Allah tidak membedakan manusia
Semua manusia sama di hadapan Allah. Allah tidak memandang muka (Gal.2:6)
3.    Allah menjadikan semua manusia sempurna dalam pandangan Allah.
-       Manusia seluruhnya sempurna secara fisik
Apakah orang yang menurut ukuran manusia secara umum dapat dikatakan bahwa Allah menciptakan dia tidak sempurna? Benarkah? Maka lihatlah motivator dunia Nick Vujicic, ia lahir dengan tanpa kaki dan lengan. Ia menulis dengan dua ibu jari yang muncul pada satu kakinya, ia belajar mengetik dengan tumit dan jarinya, dia bisa bermain tenis, dia bisa mengambil air, dia bisa berenang, dia menikah, dia punya anak yang sehat. Hidupnya sempurna. Bagi Nick, bentuk tubuhnya sempurna.
-          Sempurna dalam talenta
Semua diberi talenta yang berbeda namun masing-masing punya kewajiban mengerjakan talentanya
-          Sempurna dalam kesempatan
Semua diberi kesempatan. Setiap hal dalam hidup adalah kesempatan yang baik untuk maju lebih sempurna
-          Sempurna dalam berkat
Dengan demikian maka lihatlah sesamamu sebagai cerminan Allah. Melihat sesama sebagai cerminan Allah menghindarkan diri kita dari melulu melihat kelemahan orang lain sehingga ia pantas tidak dikasihi dan tidak dihargai. Melihat orang sebagai cerminan Allah memungkinkan kita melihatnya sebagai sosok sempurna untuk dikasihi dan dihormati. Ingatlah semua orang punya kelebihan dan kekurangan bahkan di dalam kelemahan kuasa Tuhan semakin sempurna. Itulah jangan heran, orang bisa secara fisik cacat namun mampu melakukan hal melebihi orang yang tubuhnya sempurna. Lakukanlah kepada orang lain seperti anda sendiri ingin diperlakukan. Seruan ini sederhana. Hormatilah sesama seperti kita mau dihormati. Kasihilah seperti kita mau dikasihi. Berhati-hati dengan kesombongan rohani. Setiap upaya mencari kesalehan hidup dapat membuat orang jatuh pada kesombongan rohani sehingga merendahkan orang lain yang dianggap tidak cukup rohani. Orang Yahudi menganggap dirinya istimewa karena pemilihan Allah yang istimewa atas mereka dan akhirnya mereka merendahkan bangsa lain sebagai bangsa kafir. Semakin mereka berusaha melakukan hukum Taurat, semakin mereka jatuh pada membedakan manusia dalam kelompok kafir dan kudus.
Ingatlah Allah tidak membedakan orang. Kasih Allah adalah anugerah bagi setiap orang. Setiap upaya untuk mengerjakan keselamatan sendiri bisa jadi tidak membawa orang kepada Allah. Anda tidak bisa mengerjakan keselamatan dengan upaya setengah mati berusaha supaya berkenan kepada Allah. Anda hanya perlu mengasihi Allah di atas segalanya dan mewujudkan dengan mengasihi sesama. Yang membedakan kita adalah pembenaran dari Allah karena iman dan percaya kira kepada-Nya. #

1 komentar: