21 November, 2017

Tampar Pipi Kanan Sorong Pipi Kiri

Matius 5:38-48
Salah satu ajaran Tuhan Yesus yang khas: ‘Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.’
Kalau imanmu sebesar biji sesawi maukah saudara melakukan ajakan ini? Kalau ada yang tampar pipi sebelah kanan langsung sorong pipi kiri sambil bilang ‘Ini yang kiri belum. Tambah lai!”

Kalau ada yang mau melakukannya maka orang itu mungkin tidak akan dinilai sebagai penganut murni hukum Kristus atau orang dengan tingkat iman yang sempurna. Ia akan dinilai sebagai orang tidak waras karena hanya orang gila yang akan melakukannya.
Nietzsche, tokoh komunism mengatakan bahwa itu adalah tindakan bunuh diri. Orang yang melakukannya sedang menghancurkan diri sendiri. Lalu pada akhirnya, meluluh-lantakkan seluruh peradaban dunia.
Dalam dunia yang membutuhkan orang yang cerdik, gesit dan dapat menang atas masalah, orang yang memberi pipi ditampar sebagai langkah mengalah dan menempatkan diri sebagai sasaran kesewenang-wenangan sesama maka ia tidak akan bertahan hidup. Dia akan tersingkir dengan cepat.
Lalu apa maksud Tuhan Yesus dengan ajaran ini? Pasal ini berisi pembandingan ajaran Tuhan Yesus dengan hukum Taurat. Hukum Taurat adalah hukum pembalasan setimpal. Mata ganti mata, gigi ganti gigi. Adil. Tapi bila diterapkan maka dunia akan buta dan ompong. Hukum Kristus adalah hukum kasih tanpa batas. Kasih yang mesti diberikan dengan iman. Kasih yang tanpa mempertanyakan keuntungan. Hukum Kristus adalah hukum bukan saja tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tapi membalas kejahatan dengan kebaikan supaya orang yang melihatnya menjadi tersentuh dengan kebaikan hati yang kita nyatakan lalu mereka menjadi sadar dan bertobat. Hukum Kristus adalah melakukan kasih bukan hanya karena kita harus mengasihi tapi supaya orang lain menanggalkan kejahatannya dan melakukan kasih yang sama. Hukum Kristus adalah berkorban sedemikian rupa sehingga orang menjadi tersadar lalu dari kasih yang diterima orang berubah. Hanya kasih yang dapat merubah kebejatan manusia.
Dalam ajaran ini, Tuhan Yesus tidak bermaksud agar menjadikan kita selalu mengalah dan membiarkan kesewenang-wenangan ditimpakan kepada kita. Ini bukan ajaran agar tetap diam walau berhadapan dengan ketidakadilan. Ini juga bukan ajaran agar kita mengalah pada orang yang jahat dan membiarkan angkara murka berkuasa dan merajalela dengan leluasa. Bukan ini yang Tuhan Yesus maksudkan. Yesus tidak menghendaki pengikut-Nya lemah dan selalu menyerah. Dan apabila ada orang yang karena takut, lalu segera menawarkan pipinya untuk ditampar, itu tanda kelemahan. Itu tindakan pengecut dan pecundang.
Lalu apakah maksud Tuhan Yesus? Esensi yang paling hakiki dari kata-kata Yesus bukan soal tampar-menampar tapi soal kasih. Prinsip tampar pipi kanan beri pipi kiri bukan tanda kelemahan dan tak berdaya namun tanda kekuatan. Ajaran Tuhan ini adalah bentuk keteladanan membalas kejahatan dengan kebenaran. Tuhan Yesus sendiri ketika ditampar serdadu Romawi, Ia tidak berkata, “tampar lagi yang kiri.” Sebaliknya, Ia menatap serdadu Romawi dan bertanya, "Apa sebabnya, apa salah-Ku, sehingga kalian menampar Aku?" Yesus tidak diam. Ia tidak membiarkan tindakan kesewenang-wenangan dan kekerasan terjadi. Ia meminta pertanggungjawaban mereka.
Yesus tidak diam dan menerima begitu saja. Yesus berjuang untuk menunjukkan kebenaran dengan cara yang benar. Yesus tidak menerima begitu saja perlakukan butuk. Karenanya, Ia juga mau agar pengikut-pengikut-Nya juga begitu.
Yesus tidak menyerah dan tidak membalas. Melakukan hukum pembalasan setimpal tidak akan membawa dunia ke arah yang baik walau atas nama keadilan.
Yang Tuhan Yesus inginkan adalah bukan membalas tapi mengampuni. Bukan membalas tapi mengasihi. Orang yang memiliki kemampuan mengendalikan diri untuk tidak membalas adalah orang yang terbukti mampu mengendalikan diri, mengontrol keinginannya.
Musuh terbesar setiap manusia yang perlu dikalahkan adalah diri sendiri. Yesus mau menunjukkan kepada dunia, bagaimana memanfaatkan kekuatan kita. Bukan untuk melukai, tapi menyembuhkan. Yesus mau kita melakukan langkah mengasihi untuk menyelamatkan orang yang jahat. Panggilan kita adalah dengan apa yang kita lakukan membuat nama Tuhan dipermuliakan dan orang lain diselamatkan. Yesus tidak menghukum manusia tapi Ia mengorbankan dirinya di salib supaya manusia melihatnya dan tahu betapa Allah mengasihi manusia.
Yesus menginginkan kita memberi lebih dari yang diminta dan diperlukan. Yang mengingini baju serahkan juga jubah. Ini perbuatan kasih yang penuh pengorbanan dan akan melahirkan inspirasi. Di dalam herannya orang akan tindakan kasih ini, maka orang akan menirunya. Diminta berjalan satu mil berjalanlah bersama dia 2 mil.
Yesus menginginkan kita mengasihi dan berdoa bagi musuh. Ini perbuatan yang menunjukkan identitas kita yang sebenarnya sebagai anak-anak Bapa Sorgawi. Anda harus berbeda dengan orang baik di dalam dunia yang tidak mempercayai Kristus. Apa lebihnya kita dari orang baik dalam dunia apabila hanya mengasihi orang yang mengasihi kita. Untuk berbuat baik tidak harus jadi Kristen. Tapi untuk jadi Kristen anda harus berbuat baik dan sangat baik.
Pada akhirnya jadilah sempurna seperti Bapa di Sorga. Dapatkah? Tentu saja dalam hal mengasihi, kasihilah seperti Bapa telah mengasihimu.
Pada akhirnya tindakan membalas kejahatan dengan kebaikan, tindakan kasih yang tak berbatas, dan kasih yang mengubahkan serta menyelamatkan akan memenangkan dunia. Kekerasan hanya dapat ditaklukkan dengan kebaikan dan kasih. Hukum pembalasan setimpal adalah adil tapi hukum kasih adalah segalanya.
Demi kasih maka manusia yang berdosa tapi Anak Allah yang terhukum mati. Apakah itu adil? Tidak adil. Tapi itulah kasih.

2 komentar: