Matius
5:38-48
Salah satu ajaran Tuhan Yesus
yang khas: ‘Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan
siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.’
Kalau imanmu sebesar
biji sesawi maukah saudara melakukan ajakan ini? Kalau ada yang tampar pipi
sebelah kanan langsung sorong pipi kiri sambil bilang ‘Ini yang kiri belum. Tambah
lai!”
Kalau ada yang mau
melakukannya maka orang itu mungkin tidak akan dinilai sebagai penganut murni
hukum Kristus atau orang dengan tingkat iman yang sempurna. Ia akan dinilai
sebagai orang tidak waras karena hanya orang gila yang akan melakukannya.
Nietzsche, tokoh
komunism mengatakan bahwa itu adalah tindakan bunuh diri. Orang yang
melakukannya sedang menghancurkan diri sendiri. Lalu pada akhirnya, meluluh-lantakkan
seluruh peradaban dunia.
Dalam dunia yang
membutuhkan orang yang cerdik, gesit dan dapat menang atas masalah, orang yang
memberi pipi ditampar sebagai langkah mengalah dan menempatkan diri sebagai
sasaran kesewenang-wenangan sesama maka ia tidak akan bertahan hidup. Dia akan
tersingkir dengan cepat.
Lalu apa maksud Tuhan
Yesus dengan ajaran ini? Pasal ini berisi pembandingan ajaran Tuhan Yesus
dengan hukum Taurat. Hukum Taurat adalah hukum pembalasan setimpal. Mata ganti
mata, gigi ganti gigi. Adil. Tapi bila diterapkan maka dunia akan buta dan
ompong. Hukum Kristus adalah hukum kasih tanpa batas. Kasih yang mesti
diberikan dengan iman. Kasih yang tanpa mempertanyakan keuntungan. Hukum
Kristus adalah hukum bukan saja tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tapi
membalas kejahatan dengan kebaikan supaya orang yang melihatnya menjadi
tersentuh dengan kebaikan hati yang kita nyatakan lalu mereka menjadi sadar dan
bertobat. Hukum Kristus adalah melakukan kasih bukan hanya karena kita harus
mengasihi tapi supaya orang lain menanggalkan kejahatannya dan melakukan kasih
yang sama. Hukum Kristus adalah berkorban sedemikian rupa sehingga orang
menjadi tersadar lalu dari kasih yang diterima orang berubah. Hanya kasih yang
dapat merubah kebejatan manusia.
Dalam ajaran ini, Tuhan
Yesus tidak bermaksud agar menjadikan kita selalu mengalah dan membiarkan
kesewenang-wenangan ditimpakan kepada kita. Ini bukan ajaran agar tetap diam
walau berhadapan dengan ketidakadilan. Ini juga bukan ajaran agar kita mengalah
pada orang yang jahat dan membiarkan angkara murka berkuasa dan merajalela dengan
leluasa. Bukan ini yang Tuhan Yesus maksudkan. Yesus tidak menghendaki pengikut-Nya
lemah dan selalu menyerah. Dan apabila ada orang yang karena takut, lalu segera
menawarkan pipinya untuk ditampar, itu tanda kelemahan. Itu tindakan pengecut
dan pecundang.
Lalu apakah maksud
Tuhan Yesus? Esensi yang paling hakiki dari kata-kata Yesus bukan soal tampar-menampar
tapi soal kasih. Prinsip tampar pipi kanan beri pipi kiri bukan tanda kelemahan
dan tak berdaya namun tanda kekuatan. Ajaran Tuhan ini adalah bentuk
keteladanan membalas kejahatan dengan kebenaran. Tuhan Yesus sendiri ketika ditampar
serdadu Romawi, Ia tidak berkata, “tampar lagi yang kiri.” Sebaliknya, Ia menatap
serdadu Romawi dan bertanya, "Apa sebabnya, apa salah-Ku, sehingga kalian
menampar Aku?" Yesus tidak diam. Ia tidak membiarkan tindakan
kesewenang-wenangan dan kekerasan terjadi. Ia meminta pertanggungjawaban mereka.
Yesus tidak diam dan
menerima begitu saja. Yesus berjuang untuk menunjukkan kebenaran dengan cara
yang benar. Yesus tidak menerima begitu saja perlakukan butuk. Karenanya, Ia
juga mau agar pengikut-pengikut-Nya juga begitu.
Yesus tidak menyerah
dan tidak membalas. Melakukan hukum pembalasan setimpal tidak akan membawa
dunia ke arah yang baik walau atas nama keadilan.
Yang Tuhan Yesus
inginkan adalah bukan membalas tapi mengampuni. Bukan membalas tapi mengasihi. Orang
yang memiliki kemampuan mengendalikan diri untuk tidak membalas adalah orang yang
terbukti mampu mengendalikan diri, mengontrol keinginannya.
Musuh terbesar setiap
manusia yang perlu dikalahkan adalah diri sendiri. Yesus mau menunjukkan kepada
dunia, bagaimana memanfaatkan kekuatan kita. Bukan untuk melukai, tapi
menyembuhkan. Yesus mau kita melakukan langkah mengasihi untuk menyelamatkan
orang yang jahat. Panggilan kita adalah dengan apa yang kita lakukan membuat
nama Tuhan dipermuliakan dan orang lain diselamatkan. Yesus tidak menghukum
manusia tapi Ia mengorbankan dirinya di salib supaya manusia melihatnya dan
tahu betapa Allah mengasihi manusia.
Yesus menginginkan
kita memberi lebih dari yang diminta dan diperlukan. Yang mengingini baju
serahkan juga jubah. Ini perbuatan kasih yang penuh pengorbanan dan akan
melahirkan inspirasi. Di dalam herannya orang akan tindakan kasih ini, maka
orang akan menirunya. Diminta berjalan satu mil berjalanlah bersama dia 2 mil.
Yesus menginginkan
kita mengasihi dan berdoa bagi musuh. Ini perbuatan yang menunjukkan identitas
kita yang sebenarnya sebagai anak-anak Bapa Sorgawi. Anda harus berbeda dengan
orang baik di dalam dunia yang tidak mempercayai Kristus. Apa lebihnya kita
dari orang baik dalam dunia apabila hanya mengasihi orang yang mengasihi kita.
Untuk berbuat baik tidak harus jadi Kristen. Tapi untuk jadi Kristen anda harus
berbuat baik dan sangat baik.
Pada akhirnya jadilah
sempurna seperti Bapa di Sorga. Dapatkah? Tentu saja dalam hal mengasihi,
kasihilah seperti Bapa telah mengasihimu.
Pada akhirnya tindakan
membalas kejahatan dengan kebaikan, tindakan kasih yang tak berbatas, dan kasih
yang mengubahkan serta menyelamatkan akan memenangkan dunia. Kekerasan hanya
dapat ditaklukkan dengan kebaikan dan kasih. Hukum pembalasan setimpal adalah
adil tapi hukum kasih adalah segalanya.
Demi kasih maka
manusia yang berdosa tapi Anak Allah yang terhukum mati. Apakah itu adil? Tidak
adil. Tapi itulah kasih.
Terima kasih Ipen.
BalasHapusKembali kasih. Tuhan berkati
Hapus