23 Oktober, 2022

TUHAN PIMPIN HIDUPMU


Nats Alkitab: Hakim-Hakim 6:1-40
Rasa takut, rasa kuatir, rasa cemas, gelisah adalah manusiawi. Semua manusia pernah dan bahkan pasti mengalaminya. Di lain pihak, ada cara pandang teologi yang membuat orang menilai semua perasaan manusiawi ini sebagai hal yang bertentangan dengan iman. Iman mengharuskan kita untuk jangan miliki sedikitpun rasa takut, jangan sedikitpun kuatir, jangan cemas, jangan gelisah. Percaya saja karena Tuhan hadir dan pasti tolong. Padahal semua rasa itu manusiawi dan tanpa semua rasa itu, barangkali bisa dibilang bahwa kita bukan manusia yang normal.
Apakah saudara tidak takut dan kuatir ketika berhadapan dengan harimau yang lapar? Atau ular berbisa yang saudara temui di jalan? Atau tidakkah ada rasa takut, kuatir, cemas, gelisah ketika berhadapan dengan segerombolan perampok yang terkenal kanibal? Bisakah saudara tidak sedikitpun takut dan kuatir ketika berhadapan dengan sakit ganas pada terminal? Kala
u sampai tidak takut, tidak kuatir, tidak gelisah, tidak cemas, artinya tidak ada rasa dan itu justru tidak normal. Kalau tidak ada rasa maka jangan-jangan bukan manusia atau saudara psikopat. Bagaimana dengan realitas nilai rasa para orang-orang kudus pilihan Allah? Apakah karena iman yang besar lalu mereka tidak pernah sekalipun takut atau kuatir atau tidak pernah sekalipun mempertanyakan kasih dan kuasa Tuhan karena iman yang besar?
Gideon adalah orang pilihan Allah. Pada masa itu tidak ada orang yang memimpin Israel. Setelah kematian Yosua, Israel tidak berada di bawah pimpinan siapapun. Masing-masing suku mengurus dirinya sendiri. Persoalannya adalah mereka hidup di tengah-tengah orang Kanaan. Kalau masa aman maka suku-suku itu jatuh dalam penyembahan berhala. Suku-suku lain punya banyak allah berdasarkan kebutuhan mereka. Kalau masa menanam maka dewa yang dipercaya memberi kesuburan yang akan disembah oleh suku-suku di Kanaan. Kalau musim panen maka dewa panen yang mereka sembah.
Kalau kitab-kitab Perjanjian Lama, mulai dari Hakim-Hakim dan seterusnya kita akan menemukan pola disitu bahwa suku-suku Israel memahami Allah sebagai Allah perang yakni Allah yang membebaskan leluhur mereka dari Mesir dan menolong mereka berperang dengan suku-suku Kanaan (ayat 8-10). Allah yang mereka sembah dengan sebutan Allah Abraham, Ishak dan Yakub, mereka kenal sebagai Allah perang. Itulah sebabnya cerita-cerita tentang kebesaran Allah melulu tentang bagaimana Israel menang dalam peperangan. Sebagai suku bangsa yang hidup sekitar tahun 1000 sebelum Masehi, mereka masih belum paham bahwa Allah yang mereka sembah adalah Allah Transenden yang tidak terlihat. Allah yang tak terlihat itu adalah Allah pencipta langit dan bumi, Allah sumber berkat dan mampu melalukan segalanya. Itulah sebabnya kalau mereka diserbu oleh suku bangsa lain maka mereka akan berseru kepada Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Tapi ketika perang usai maka mereka dengan mudah menyembah dewa-dewi kesuburan dan lainnya.Maka bisa dikatakan bahwa sebenarnya yang dibutuhkan orang Israel adalah selalu ada perang supaya mereka kembali ingat akan Allah dan meninggalkan penyembahan berhala mereka lalu mencari Allah.
Pada masa Gideon, sekali lagi Israel diserang oleh Midian. Tujuh tahun orang Midian berkuasa atas Israel dan menyebabkan penderitaan serius. Ketika menderita, Israel kembali mencari Allah karena mereka memahami Allah sebagai Allah perang. 7 tahun mereka berdoa tapi sayangnya tidak menjauhkan dewa lainnya termasuk dewa Baal yakni dewa kesuburan Kanaan. Pada masa setelah Yosua mati, selalu muncul orang-orang khusus yang dibangkitkan Tuhan untuk memimpin Israel. Orang-orang ini disebut sebagai hakim dan kisah mereka diceritakan dalam kitab hakim-hakim. Salah satu hakim adalah Gideon. Hakim bukan hanya menolong Israel menyelesaikan masalah tapi lebih pada memimpin perang. Maka Alkitab memberi kesaksian bahwa Gideon dipilih Tuhan dengan pemanggilan khusus melalui malaikat Tuhan. Pemanggilan khusus ini harusnya membuat Gideon melangkah dengan penuh percaya diri tapi ternyata ia takut untuk merubuhkan mezbah Baal pada siang hari. Untuk memahami ini jangan cepat-cepat menghakimi Gideon. Ini zaman dulu dimana Gideon saja tidak tahu Allah yang disembahnya. Ia hanya tahu tentang Allah dari cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi. Yang Gideon tahu pasti adalah merubuhkan mezbah Baal tentu akan mendatangkan kebencian dan bahkan hukuman mati oleh penduduk. Puji Tuhan Gideon melakukan perintah Tuhan dan ia tetap dilindungi. Termasuk dalam peperangan yang ia pimpin untuk melawan orang Midian dan Amalek. Sebenarnya ia maju dengan nekad. Suku-suku yang dipimpinnya tidak pernah perang dan tidak tahu perang, tidak ada senjata. Maka yang dihadapi oleh Gideon adalah masalah besar. Dan menghimpun orang Israel juga, seberapa banyaknya orang, tetap bisa dikatakan sebagai tindakan nekad.
Iman yang nekadlah yan membuat Gideon harus menyaksikan pertunjukkan keajaiban yang dilakukan malaikat Tuhan dengan terbakarnya daging dan roti tak beragi yang penuh dengan kuah terbakar di atas batu. Juga Gideon harus menguji sampai dua kali pernyataan yang diterimanya bahwa ia akan menang dalam peperangan itu dengan guntingan bulu penuh air embun sementara tanah di sekelilingnya kering dan ujian kedua sebaliknya yakni tanah disekeliling basah dan guntingan bulu domba kering. Tindakan nekad ini bukan tanda kurang iman tapi permohonan akan kepastian penyertaan Tuhan dan Tuhan mengabulkan apa yang diminta Gideon. Tuhan tidak marah sama sekali dengan permintaan Gideon. Alkitab memberi kesaksian bahwa Tuhan meneguhkan hati Gideon dengan melakukan apa yang dikehendaki Gideon.  Saudaraku, cara Tuhan memimpin hidup Gideon adalah cara yang penuh kasih dan kebaikan. Tuhan tidak saja mengasihi Gideon tapi Tuhan memanjakannya dengan berkenan akan permohonan Gideon memohon kepastian dari Tuhan. Gideon mendapatkan kesabaran Tuhan. Tindakan Gideon walau secara sederhana orang dapat menafsirkan sebagai kurang iman, kurang percaya, takut, gemetar tapi tidak demikian penilaian Allah. Tuhan Allah berkenan atas semua nilai rasa yang dimiliki Gideon dan dengan lengkapnya semua nilai rasa itu, Tuhan tetap menjadikan Gideon orang pilihan Allah dan melalui Gideon, Tuhan memberi kemenangan bagi Israel.  Cara Tuhan memimpin hidup kita juga selalu dengan cara yang indah. Walau kadang kita kurang iman. Walau dalam banyak peristiwa kita takut, gentar, gelisah, kuatir, ingatlah bahwa di atas segalanya Tuhan mengasihi kita. Maka jangan hakimi diri sendiri karena nilai rasa yang kita miliki. Jangan hakimi orang lain juga. Kalau Tuhan berkenan atas Gideon dan semua nilai rasanya, Tuhan juga akan berkenan atas kita. Tapi ingatlah bahwa dalam semua nilai rasa yang bagi manusia adalah negatif itu, Gideon tetap membawanya kepada Tuhan. Gideon tidak mengurung nilai rasa itu untuk dirinya sendiri lalu menjadikannya jauh dari Tuhan. Gideon membawa semua rasanya kepada Tuhan dan Tuhan berkenan kepadanya. Hal yang sama seharusnya kita lakukan. Takut adalah manusiawi tapi orang percaya akan membawa rasa takutnya kepada Tuhan dan memeluk kasih Tuhan. Kuatir, kecewa, gemetar, dan semua rasa yang sinonim dengan itu adalah manusiawi tapi orang percaya, orang pilihan Tuhan akan membawa semua rasa itu kepada Tuhan. Bawalah semua rasa manusiawimu pada Tuhan dan lihatlah bagaimana Tuhan berkenan atas engkau dan memimpin hidupmu. Amin. Soli Deo Gloria. Pdt. Leny GM