24 Oktober, 2022

Kasih Allah bagi Semua


Teks Alkitab : Lukas 14:15-24 
Allah adalah kasih dan semata-mata kasih. Kalau dilihat bagaimana kasih Allah maka sebenarnya kasih Allah adalah kasih yang tidak imbang. Karena Allah mengasihi kita walau kita tidak atau belum mengasihi Dia. Padahal kita mengira kasih itu harus imbang. Pandangan teologi Yohanes Calvin tentang predistinasi menegaskan bahwa Allah sejak semula sudah memilih orang-orang untuk Dia selamatkan. Artinya ada juga yang memang sudah ditentukan sejak semula untuk binasa. Cara pandang teologi ini dapat dikritisi dalam bingkai kasih Allah bagi semua ciptaan. Allah yang adalah kasih menghendaki semua orang untuk selamat. Bukan sifat Allah bila Ia dengan sengaja menciptakan manusia lalu memberinya kehidupan hanya untuk ditentukan binasa kelak. Perhatikan bagaimana ajaran Tuhan Yesus mengenai Kerajaan Allah. Bagi orang Yahudi, mereka adalah orang-orang pilihan yang mendapatkan keistimewahan sebagai umat pilihan dan merasa berhak mendapatkan keselamatan sebagai keturunan Abraham, Isakh dan Yakub. Itulah yang digambarkan dari orang-orang yang semula diundang ke pesta perjamuan. Yesus menggambarkan bahwa mereka yang diundang ini mengutamakan pekerjaan, harta, kehidupan pernikahan. Semua itu penting tapi Yesus mengkritisi orang-orang yang semula ditetapkan untuk hadir dalam perjamuan Kerajaan Sorga bahwa ketaatan agamawi mereka banyak kali terhambat oleh beberapa alasan. Mereka menolak Yesus dan tidak menghargai undangan Yesus. Oleh karena itu Tuhan Yesus menekankan bahwa undangan kemudian diberikan kepada mereka yang miskin, cacat, lumpuh, orang asing. Kelompok orang yang seringkali tidak dianggap. Mereka yang terbuang, mereka yang dipandang hina, semua mendapat tempat dalam kasih karunia Allah.  Saudara, belajar dari penerimaan Allah bagi semua orang, maka Firman ini menegaskan bahwa apapun kelemahan dalam dirimu, apapun dosamu, bagaimanapun keadaanmu, kasih Allah tertuju padamu. Mungkin engkau mengira engkau tidak layak tapi bagi Tuhan engkau akan selalu layak. Kasih Allah ditujukan justru terutama bagi mereka yang miskin, cacat apapun bentuk kecacatannya, mereka yang buta, apapun bentuk kebutaannya. Mungkin bagi manusia yang suka menghina dan menganggapmu remeh, engkau tidak ada harganya tapi bagi Tuhan semua kita berharga. Kengerian dari iblis adalah ia suka mempengaruhi dan menggerogoti orang percaya dengan penilaian bahwa engkau tidak layak, engkau tidak pantas bagi Tuhan karena dosa-dosamu. Iblis menggerogoti  dengan anggapan bahwa engkau tidak dikasihi Tuhan. Dan tidak sedikit orang percaya yang kemudian terpengaruh lalu enggan mendekat pada Tuhan. Padahal Tuhan itu kasih dan Dia mengasihi kita lebih dari yang bisa kita inginkan dan bayangkan. Iblis itu penipu. Penipuan iblis yang mempengaruhi hati dan cara berpikir yang harus diwaspadai. Iblis selalu menyentuh kebutuhan dasar manusia dan menggerogotinya dan itu membuat orang mulai anggap diri rendah, tidak layak, tidak pantas, tidak dikasihi lalu orang menjauhi Tuhan. Padahal saudara dikasihi Tuhan. Saudara dikasihi dengan kasih yang besar. Kasih Allah yang luar biasa adalah panggilan bagi setiap orang untuk memberlakukan kasih Tuhan dalam hidup. Pertama, kasihi Tuhan. Ini semua tahu bagaimana mengasihi Tuhan jadi kalau ditanya bagaimana mengasihi Tuhan maka orang suka jawab bilang rajin berdoa, rajin baca Alkitab, rajin ibadah. Tapi Kalau jawabannya ini maka pertanyaannya adalah siapa yang diuntungkan bila kita berdoa? Dalam doa, lebih banyak kita minta atau lebih banyak porsi memuliakan nama Allah? Begitu pula dengan baca Alkitab, ibadah, puasa, siapakah yang diuntungkan, semua itu berguna untuk Tuhan atau untuk kita? Artinya harus dipastikan semua bentuk percaya dan penyembahan kita bukan untuk kepentingan kita tapi untuk kemuliaan nama Tuhan. Kedua, kasihi dirimu. Ini soal karena tidak semua orang tahu bagaimana mengasihi dirinya dengan benar. Contoh kita berbuat dosa dan menyesal lalu berdoa sungguh-sungguh minta ampun dan kita diampuni. Tapi kita tetap melihat diri sebagai orang berdosa. Kawan, Tuhan sudah mengampunimu ketika engkau memintanya dalam penyesalan maka engkau juga harus mengampuni dirimu. Engkau berharga bagi Tuhan maka hargai dirimu. Banyak anak-anak muda yang tidak tahu bagaimana mengasihi dan menghargai diri. Ketiga kasihi sesamamu. Mengasihi Allah, mengasihi diri akan berimplikasi pada mengasihi sesama. Kalau saudara mengasihi Allah maka saudara pasti mengasihi sesamamu manusia. Kalau saudara dikasihi Allah dan saudara tahu akan hal itu maka saudara akan mengasihi sesama tanpa pandang bulu, mengampuni sesama dan mau memberi yang terbaik kepada sesamamu karena saudara tahu bahwa Allah telah melakukan hal itu bagimu. Juga kalau saudara mampu dan telah mengasihi diru dengan benar maka saudara akan mampu mengasihi sesama dengan benar. Hanya orang yang tahu mengasihi dirinya dengan benar dan memberi yang terbaik bagi dirinya, baik itu tubuh maupun jiwanya, ia tahu bagaimana memberi yang terbaik bagi sesamanya, sebagaimana ia melakukannya bagi dirinya. Amin. Soli Deo Gloria. Pdt. Leny GM

23 Oktober, 2022

TUHAN PIMPIN HIDUPMU


Nats Alkitab: Hakim-Hakim 6:1-40
Rasa takut, rasa kuatir, rasa cemas, gelisah adalah manusiawi. Semua manusia pernah dan bahkan pasti mengalaminya. Di lain pihak, ada cara pandang teologi yang membuat orang menilai semua perasaan manusiawi ini sebagai hal yang bertentangan dengan iman. Iman mengharuskan kita untuk jangan miliki sedikitpun rasa takut, jangan sedikitpun kuatir, jangan cemas, jangan gelisah. Percaya saja karena Tuhan hadir dan pasti tolong. Padahal semua rasa itu manusiawi dan tanpa semua rasa itu, barangkali bisa dibilang bahwa kita bukan manusia yang normal.
Apakah saudara tidak takut dan kuatir ketika berhadapan dengan harimau yang lapar? Atau ular berbisa yang saudara temui di jalan? Atau tidakkah ada rasa takut, kuatir, cemas, gelisah ketika berhadapan dengan segerombolan perampok yang terkenal kanibal? Bisakah saudara tidak sedikitpun takut dan kuatir ketika berhadapan dengan sakit ganas pada terminal? Kala
u sampai tidak takut, tidak kuatir, tidak gelisah, tidak cemas, artinya tidak ada rasa dan itu justru tidak normal. Kalau tidak ada rasa maka jangan-jangan bukan manusia atau saudara psikopat. Bagaimana dengan realitas nilai rasa para orang-orang kudus pilihan Allah? Apakah karena iman yang besar lalu mereka tidak pernah sekalipun takut atau kuatir atau tidak pernah sekalipun mempertanyakan kasih dan kuasa Tuhan karena iman yang besar?
Gideon adalah orang pilihan Allah. Pada masa itu tidak ada orang yang memimpin Israel. Setelah kematian Yosua, Israel tidak berada di bawah pimpinan siapapun. Masing-masing suku mengurus dirinya sendiri. Persoalannya adalah mereka hidup di tengah-tengah orang Kanaan. Kalau masa aman maka suku-suku itu jatuh dalam penyembahan berhala. Suku-suku lain punya banyak allah berdasarkan kebutuhan mereka. Kalau masa menanam maka dewa yang dipercaya memberi kesuburan yang akan disembah oleh suku-suku di Kanaan. Kalau musim panen maka dewa panen yang mereka sembah.
Kalau kitab-kitab Perjanjian Lama, mulai dari Hakim-Hakim dan seterusnya kita akan menemukan pola disitu bahwa suku-suku Israel memahami Allah sebagai Allah perang yakni Allah yang membebaskan leluhur mereka dari Mesir dan menolong mereka berperang dengan suku-suku Kanaan (ayat 8-10). Allah yang mereka sembah dengan sebutan Allah Abraham, Ishak dan Yakub, mereka kenal sebagai Allah perang. Itulah sebabnya cerita-cerita tentang kebesaran Allah melulu tentang bagaimana Israel menang dalam peperangan. Sebagai suku bangsa yang hidup sekitar tahun 1000 sebelum Masehi, mereka masih belum paham bahwa Allah yang mereka sembah adalah Allah Transenden yang tidak terlihat. Allah yang tak terlihat itu adalah Allah pencipta langit dan bumi, Allah sumber berkat dan mampu melalukan segalanya. Itulah sebabnya kalau mereka diserbu oleh suku bangsa lain maka mereka akan berseru kepada Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Tapi ketika perang usai maka mereka dengan mudah menyembah dewa-dewi kesuburan dan lainnya.Maka bisa dikatakan bahwa sebenarnya yang dibutuhkan orang Israel adalah selalu ada perang supaya mereka kembali ingat akan Allah dan meninggalkan penyembahan berhala mereka lalu mencari Allah.
Pada masa Gideon, sekali lagi Israel diserang oleh Midian. Tujuh tahun orang Midian berkuasa atas Israel dan menyebabkan penderitaan serius. Ketika menderita, Israel kembali mencari Allah karena mereka memahami Allah sebagai Allah perang. 7 tahun mereka berdoa tapi sayangnya tidak menjauhkan dewa lainnya termasuk dewa Baal yakni dewa kesuburan Kanaan. Pada masa setelah Yosua mati, selalu muncul orang-orang khusus yang dibangkitkan Tuhan untuk memimpin Israel. Orang-orang ini disebut sebagai hakim dan kisah mereka diceritakan dalam kitab hakim-hakim. Salah satu hakim adalah Gideon. Hakim bukan hanya menolong Israel menyelesaikan masalah tapi lebih pada memimpin perang. Maka Alkitab memberi kesaksian bahwa Gideon dipilih Tuhan dengan pemanggilan khusus melalui malaikat Tuhan. Pemanggilan khusus ini harusnya membuat Gideon melangkah dengan penuh percaya diri tapi ternyata ia takut untuk merubuhkan mezbah Baal pada siang hari. Untuk memahami ini jangan cepat-cepat menghakimi Gideon. Ini zaman dulu dimana Gideon saja tidak tahu Allah yang disembahnya. Ia hanya tahu tentang Allah dari cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi. Yang Gideon tahu pasti adalah merubuhkan mezbah Baal tentu akan mendatangkan kebencian dan bahkan hukuman mati oleh penduduk. Puji Tuhan Gideon melakukan perintah Tuhan dan ia tetap dilindungi. Termasuk dalam peperangan yang ia pimpin untuk melawan orang Midian dan Amalek. Sebenarnya ia maju dengan nekad. Suku-suku yang dipimpinnya tidak pernah perang dan tidak tahu perang, tidak ada senjata. Maka yang dihadapi oleh Gideon adalah masalah besar. Dan menghimpun orang Israel juga, seberapa banyaknya orang, tetap bisa dikatakan sebagai tindakan nekad.
Iman yang nekadlah yan membuat Gideon harus menyaksikan pertunjukkan keajaiban yang dilakukan malaikat Tuhan dengan terbakarnya daging dan roti tak beragi yang penuh dengan kuah terbakar di atas batu. Juga Gideon harus menguji sampai dua kali pernyataan yang diterimanya bahwa ia akan menang dalam peperangan itu dengan guntingan bulu penuh air embun sementara tanah di sekelilingnya kering dan ujian kedua sebaliknya yakni tanah disekeliling basah dan guntingan bulu domba kering. Tindakan nekad ini bukan tanda kurang iman tapi permohonan akan kepastian penyertaan Tuhan dan Tuhan mengabulkan apa yang diminta Gideon. Tuhan tidak marah sama sekali dengan permintaan Gideon. Alkitab memberi kesaksian bahwa Tuhan meneguhkan hati Gideon dengan melakukan apa yang dikehendaki Gideon.  Saudaraku, cara Tuhan memimpin hidup Gideon adalah cara yang penuh kasih dan kebaikan. Tuhan tidak saja mengasihi Gideon tapi Tuhan memanjakannya dengan berkenan akan permohonan Gideon memohon kepastian dari Tuhan. Gideon mendapatkan kesabaran Tuhan. Tindakan Gideon walau secara sederhana orang dapat menafsirkan sebagai kurang iman, kurang percaya, takut, gemetar tapi tidak demikian penilaian Allah. Tuhan Allah berkenan atas semua nilai rasa yang dimiliki Gideon dan dengan lengkapnya semua nilai rasa itu, Tuhan tetap menjadikan Gideon orang pilihan Allah dan melalui Gideon, Tuhan memberi kemenangan bagi Israel.  Cara Tuhan memimpin hidup kita juga selalu dengan cara yang indah. Walau kadang kita kurang iman. Walau dalam banyak peristiwa kita takut, gentar, gelisah, kuatir, ingatlah bahwa di atas segalanya Tuhan mengasihi kita. Maka jangan hakimi diri sendiri karena nilai rasa yang kita miliki. Jangan hakimi orang lain juga. Kalau Tuhan berkenan atas Gideon dan semua nilai rasanya, Tuhan juga akan berkenan atas kita. Tapi ingatlah bahwa dalam semua nilai rasa yang bagi manusia adalah negatif itu, Gideon tetap membawanya kepada Tuhan. Gideon tidak mengurung nilai rasa itu untuk dirinya sendiri lalu menjadikannya jauh dari Tuhan. Gideon membawa semua rasanya kepada Tuhan dan Tuhan berkenan kepadanya. Hal yang sama seharusnya kita lakukan. Takut adalah manusiawi tapi orang percaya akan membawa rasa takutnya kepada Tuhan dan memeluk kasih Tuhan. Kuatir, kecewa, gemetar, dan semua rasa yang sinonim dengan itu adalah manusiawi tapi orang percaya, orang pilihan Tuhan akan membawa semua rasa itu kepada Tuhan. Bawalah semua rasa manusiawimu pada Tuhan dan lihatlah bagaimana Tuhan berkenan atas engkau dan memimpin hidupmu. Amin. Soli Deo Gloria. Pdt. Leny GM

20 Agustus, 2022

DUNIA TANPA KEBOHONGAN?





Hari ini saat makan di meja makan, kami menikmati makan siang yang saya masak dengan bersemangat. Tempe tahu goreng, ikan goreng, sate babi, daun singkong dibuat lalapan dan dimakan dengan sambal kacang tanah. Bagi saya, makanan di depan kami sangat menggiurkan.
Sambil makan, saya melihat ke arah suami yang makan dengan lahap dan saya lalu berpikir, apa jadinya bila semua manusia jujur dan selalu mengatakan apa yang terbersit di kepalanya dan apapun yang ia rasakan dengan jujur sejujur-jujurnya. Bayangkan kalau kemudian, kejujuran membuat suami saya tanpa beban mengatakan, "Masakan mama hambar, kurang bumbu. Papa sonde suka makanan ini. Papa lebih suka kalau makanan dibuat seperti....dst."
Pernyataan yang jujur dari hati namun tidakkah hal itu akan melukai saya? Tidakkah kejujuran itu akan menimbulkan kemarahan dan pertengkaran? Di sisi lain, bukankah kejujuran lebih baik daripada dusta? Pertanyaan demi pertanyaan muncul di kepala. Haruskah kita selalu jujur atau lebih baik selalu berbohong? Atau barangkali lebih baik diam dan menyembunyikan kebenaran dalam hati? Atau barangkali seharusnya kejujuran, apa yang kita rasa harus dibungkus rapih supaya jangan sampai melukai. Kalau ada yang tidak disukai maka lebih baik ditelan untuk diri sendiri.
Kitab Pengkhotbah berulang-ulang menekankan, 'Segala sesuatu adalah kesia-siaan. Semua yang terjadi di bawah matahari adalah sia-sia.' Menilik apa yang dikatakan ini, dapatkan kita bilang bahwa berkata jujur, berkata apa adanya adalah hal yang sia-sia? Sama seperti kebohongan dan dusta adalah kesia-siaan? Tapi kalau begitu maka apa gunanya nasehat untuk selalu berkata jujur dan bertindak jujur? Bukankah orang jujur selalu dapat berlindung pada Tuhan karena Tuhan memihaknya?
Sambil terus merenungkan masalah kejujuran ini, saya ingat beberapa kejadian dimana sikap jujur justru membawa orang pada masalah. Ketika saya dengan jujur mengakui bahwa saya memang mengatakan seperti apa yang ada di potongan video pendek khotbah saya, dibanding mengatakan bahwa video diedit dan bukan begitu maksud saya, justru kejujuran itu membawa saya kepada masalah. Juga ketika saya memilih bersikap jujur dan mengatakan apa yang saya rasakan terhadap teman-teman saya, terlepas dari nilai rasa saya benar atau salah, dan mengungkapkan apa yang menjadi dasar serta cara pandang teologi saya, justru hal itu membawa saya pada masalah dan akhirnya saya harus menerima disiplin yang cukup serius dan berdampak pada saya, keluarga dan terutama jemaat. Sikap jujur ternyata bisa membuat orang diperlakukan seperti telah berbuat dosa yang besar. Padahal saya mengira kejujuran adalah mata uang yang berharga.
Lalu apa yang benar di mata Tuhan? Apa yang baik untuk kehidupan? Jujur atau tipu? Apa adanya atau berkelat-kelit?
Menjawab pertanyaan diri, saya ingat apa yang juga berulang-ulang ditekankan dalam Kitab Amsal dan Pengkhotbah tentang pentingnya hikmat. Kitab Amsal menulis, 'Hikmat lebih berharga dari permata dan emas atau perak.' Hikmat adalah hal yang dapat membungkus segala seuatu supaya jadi baik dan indah untuk manusia dan kehidupan. 
Jujur adalah hal yang harus dilakukan. Namun kejujuran mesti diungkapkan dengan hikmat. Jujur dari hati mesti dikeluarkan dengan bungkusan hikmat, dipoles dengan keindahan hikmat supaya kejujuran jadi indah dan diterima semua orang dengan syukur. 
Banyak rasa di hati setiap orang yang mesti dikeluarkan tapi jangan lupa untuk bungkus dengan hikmat. Misalnya, untuk pergulatan hati saya, sejujurnya, saya kadang kuatir kalau suami saya tidak setia pada pernikahan kami tapi apakah saya harus jujur mengatakan hal itu kepadanya? Saya kira kalau sampai saya mengatakannya maka itu akan melukainyaa karena tidak pernah ada indikasi dia berlaku tidak setia kepada saya. Lagi pula apa gunanya dia berlaku tidak setia? Maka apa yang jujur dari hati bahwa saya kuatir dia tidak setia harus dibungkus dengan hikmat supaya jangan sampai melukai pernikahan kami.
Benar bahwa banyak hal yang tidak saya sukai dari teman-teman atau keluarga saya tapi apakah saya harus mengatakan ketidaksukaan saya apa adanya kepada mereka? No. Never. Saya harus membungkusnya dengan hikmat. Kalau tidak maka lebih baik diam. Kalau saya tidak suka maka tinggal saya block WA atau no telponnya supaya jangan sampai berurusan lagi. Itupun kalau benar-benar tidak suka dan sudah sangat mengganggu. Masih banyak trik hikmat yang bisa dibuat supaya jangan sampai saling melukai.
Dunia membutuhkan kejujuran. Dunia tidak boleh diisi dengan dusta dan kebohongan. Tapi kejujuran juga mesti dibungkus dengan hikmat. Sebab kita tentu saja tidak menginginkan pedagang berkata jujur tentang rahasia produknya dan bumbu rahasia yang ada dalam produknya kepada saingan usahanya. Apa jadinya kalau saingan politik mengungkapkan dengan jujur trik politisnya? Walau tentu saja tidak berarti kebohongan dapat menjadi pilihan ketika kejujuran bisa merugikan dan menyakiti. Dusta bukan pilihan. Satu-satunya pilihan supaya dunia menjadi lebih baik adalah melakukan segala sesuatu dengan hikmat. Dengan demikian maka kita punya harapan bahwa keadaan akan baik bagi semua.
Ahh... kata harapan menjadi kunci di sini. Pentingnya seorang suami membungkus kejujurannya dengan hikmat karena ia punya harapan bahwa masakan istrinya akan lebih baik cita rasanya besok maka hari ini ketika ia masakan istrinya terasa hambar, ia berkata dengan wajah yang tidak terlalu bersemangat, "Terima kasih untuk makanan ini." Hahaha... Kok harus dengan wajah yang tidak terlalu bersemangat? Yaa supaya kamu tahu saja kalau istri-istri itu makluk cerdas. Dia akan merasakan arti setiap ekspresi. Tapi yang paling penting adalah si suami tidak melukai istrinya yang sudah susah payah masak.
Harapan juga membuat seorang gadis yang sudah tidak lagi mencintai pacarnya berkata, "Kaka adalah laki-laki baik yang pernah kenal tapi beta butuh waktu untuk berpikir sebelum ambil keputusan yang serius."
Harapan membuat seorang pelayan restoran memberi senyum ramah dan kata-kata penuh penghargaan kepada pengunjung yang bermuka masam. Harapan bahwa senyumnta bisa membuat si pengunjung menikmati makanan dan menjadi lebih bahagia."
Kawanku... Yukkk minta hikmat kepada Tuhan. Kita perlu itu karena kita punya harapan bahwa kehidupan akan lebih baik.

Salam kasih
Fatukoa, 20 Agustus 2022

19 Januari, 2018

Khotbah Kematian : Tuhan Ada Bersama Dalam Duka

Ayub 3 : 20 – 26; Yohanes 9 : 1 – 7
Manusia sebagai makluk berpikir membuatnya selalu berusaha mencari jawab untuk mengerti demi memuaskan rasa ingin tahu dan tanya. Tapi sampai kapanpun manusia tidak akan berhenti bertanya. Saat sakit, ditimpa masalah dan kematian menerpa orang-orang benar, orang selalu pasang kata ‘mengapa’ dan berusaha mengerti. Kalau orang berdosa yang ditimpa kemalangan maka kita tidak perlu bertanya mengapa karena ia menuai apa yang ditaburkannya. Berbeda ketika kemalangan menimpa orang baik dan sepertinya tidak harus begitu. Kalau apapun yang terjadi kita bilang terima saja itu juga sulit karena manusia makluk beriman tapi juga makluk berpikir. Dan sebenarnya dengan menempatkan tanya, bukan berarti bahwa itu tanda tiada iman.

21 November, 2017

Tampar Pipi Kanan Sorong Pipi Kiri

Matius 5:38-48
Salah satu ajaran Tuhan Yesus yang khas: ‘Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.’
Kalau imanmu sebesar biji sesawi maukah saudara melakukan ajakan ini? Kalau ada yang tampar pipi sebelah kanan langsung sorong pipi kiri sambil bilang ‘Ini yang kiri belum. Tambah lai!”