Filipi
2 : 5 - 7
1. Siapakah yang pernah berkonflik? Siapa yang suka atau sering
berkonflik? Bagaimana penyelesaiannya?
Hampir mustahil orang terluput dari konflik karena di mana ada dua
orang atau lebih, dengan isi kepala dan hati yang berbeda maka peluang
terjadinya konflik terbuka.
Kamus bahasa Indonesia mendefinisikan konflik sebagai percecokan,
perselisihan, atau pertentangan.
Kalau sampai ada dua orang steril dari konflik, maka kemungkinan
yang terjadi adalah salah satu pihak begitu dominannya sehingga pihak yang
satunya tidak berani mengungkapkan pemikiran dan perasaannya. Atau kedua belah
pihak saling menjaga diri sedemikian rupa sehingga tidak terjadi konflik. Bagi
mereka mungkin dengan tidak ada konflik baik namun itu juga berarti tidak akan
ada pertumbuhan keintiman. Dan itu tidak sehat dalam sebuah
relasi. Tanpa konflik relasipun tidak akan jadi baik.
2. Konflik Tak
Terhindarkan namun pilihan ada pada kita
Max Lucado
mengatakan ‘Konflik tak terhindarkan, tetapi permusuhan menjadi pilihan.’
Konflik menjadi tak terhindarkan karena manusia berbeda dan tidak
ada yang suka berkonflik namun konflik bisa membuat kita makin mengenal
pandangan dan diri orang lain. Tentu saja konflik juga berujung permusuhan, kebencian
dan antipati. Penyebab konflik berubah menjadi permusuhan adalah sikap orang
yang berkonflik.
3. Nasehat Paulus
Oleh karena pilihan sikap kita akan menentukan hasil akhir dari
konflik maka Paulus memberi nasehat tentang ini.
-
Jemaat di Filipi sedang ada dalam
konflik : mereka mencari kepentingan diri sendiri dan pujian yang sia-sia
(ay.3a), tinggi hati dan tidak menganggap orang lain (3b), mementingkan
kepentingan diri (ay.4).
- Ay.5 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama....”
Pikiran dan perasaan Kristus Yesus itu seperti apa?
- Ay.6-7 “yang walaupun dalam rupa Allah.....”
Paulus memakai peristiwa inkarnasi Kristus. Kristus yang setara
dengan Allah, mengosongkan diri, dan mengambil rupa seorang hamba yang taat
sampai mati, bahkan di atas kayu salib.
Pikiran dan perasaan Kristus adalah pikiran yang rela melepaskan
hak demi mengerjakan kehendak Allah. Menaruh pikiran dan perasaan Kristus
berarti kesediaan untuk melepaskan hak kita demi maksud yang lebih besar,
yakni mengerjakan kehendak Allah.
4. Tujuannya : mengerjakan kehendak Allah
- Ingatlah Roma 8:28, “Allah
turut bekerja di dalam segala sesuatu...”
Konflik juga sarana Allah turut bekerja. Asal bukan kita yang cari
hal lalu bilang itu kehendak Allah. Temukan kehendak Allah.
- Tugas kita bukan mencegah
semaksimal mungkin agar tidak terjadi. Tugas kita adalah mencegah agar konflik
itu tidak berubah menjadi permusuhan.
- Lepaskan hak untuk membalas
Hak membalas sering dianggap hak dalam konflik. Ketika orang
merasa memiliki hak untuk membalas, maka konflik akan berlanjut dan terbuka
kemungkinan berujung pada permusuhan. Kita bisa melepas “hak” membalas itu jika
mempertimbangkan kepentingan yang lebih besar.
- Harga diri dan nama baik penting
tapi orang yang terlalu menjaganya akan menjadi orang yang paling menderita
Anda tidak bisa mengatur pikiran dan nilai rasa orang sehingga
semua orang menjaga nama baik dan menghormati harga diri anda.
Mengikuti Tuhan Yesus harus dijalani dalam sikap ‘Pikul salib,
sangkal diri dan ikut Aku’.
- Berpusat pada Kristus.
Bukan berarti bahwa kemudian konlik terhindarkan. Konflik akan
tetap ada namun bila kehendak Tuhan berada di atas segala perbedaan pendapat
yang ada maka Kristus akan memakai konflik sebagai sarana untuk mengenal
keunikan satu dengan yang lain demi terciptanya kehendak Allah, yakni
terciptanya keluarga dengan relasi antara anggota di dalamnya yang semakin kuat
dan semakin membangun, terciptanya persekutuan gereja yang saling memberkati.
- Yang perlu diubah adalah kita dan bukan orang
lain.
Bukan menuntut orang lain, tetapi terutama dan pertama tuntutan
pada diri kita sendiri untuk memberi ruang bagi pikiran dan perasaan Kristus.
-
Manfaatkan konflik itu untuk makin mengenal
satu dengan yang lain dengan lebih mendalam. - LM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar