15 November, 2017

Genghis Khan dan Elangnya


Genghis Khan, pendiri kekaisaran Mongol pergi berburu. Para sahabatnya membawa busur dan anak panah, tapi Genghis Khan membawa elang kesayangannya. Di tengah perburuan, Genghis Khan terpisah dari rombongan hingga ia merasa sangat lelah dan haus. Sementara saat itu musim panas, semua sungai mengering, dan ia tidak bisa menemukan apapun untuk diminum. Kemudian, dengan takjub, ia melihat selarik air yang mengalir dari batu di depannya.
Ia menaruh elang dari lengannya, dan mengambil cangkir perak yang selalu dibawa bersamanya, mengisinya dan ketika ia menaikkan cangkir itu ke bibirnya, elang itu terbang, lalu menjatuhkan cangkir itu ke tanah.
Gengis Khan sangat marah, tapi karena itu elang favoritnya, ia merasa mungkin haus juga. Ia mengangkat cangkir itu, membersihkan dari kotoran, dan mengisinya lagi. Ketika cangkir itu setengah kosong, elang kembali menyerangnya, dan menumpahkan air itu.
Gengis Khan menyukai burung itu, tapi ia tahu bahwa ia tidak bisa, dalam keadaan apapun, membuat rasa tidak hormat padanya. Ia tidak ingin seseorang mungkin melihatnya dari kejauhan kejadian tersebut, sehingga menyebutnya bahwa penakluk besar tidak mampu menjinakkan burung.
Kali ini, ia menghunus pedangnya, mengambil cangkir dan mengisi lagi, lalu menjaga satu mata pada sungai dan lainnya pada elang. Begitu ia dapat mengambil air dalam cangkir dan siap diminum, lagi-lagi elang itu terbang ke arahnya. Khan, dengan satu dorongan, menusuk dada burung elang itu.
Sementara itu, larikan air itu telah mengering. Khan tidak bisa menemukan sesuatu untuk diminum, ia menaiki batu tadi. Yang mengejutkan, benar-benar ada genangan air dan di tengah-tengahnya, seekor ular beracun mati. Jadi, jika ia meminum airnya, maka ia juga akan mati.
Dengan rasa menyesal, Khan kembali ke perkemahan dengan elang mati dalam pelukannya. Ia memerintahkan membuat patung elang dari emas untuk selalu mengingat pelajaran dari kejadian ini.
Pada salah satu sayapnya, terukir: “Bahkan ketika teman melakukan sesuatu yang tidak Anda sukai, ia terus menjadi teman Anda.”
Dan di sayap lainnya, ia mengukir kata-kata: “Setiap tindakan yang dilakukan dalam kemarahan adalah tindakan yang ditakdirkan untuk gagal.”
----------------------------------------
Pelajaran pertama, ingatlah bahwa sahabat sejati terus mengingatkan bahkan seolah-olah ia menjadi oposisi kita, bukan untuk menyulitkan kita tapi malah untuk menghindarkan kita dari kesulitan-kesulitan yang lebih besar. Kedua, jangan gampang marah dan jangan menetap dalam amarah, itu hanya akan membinasakanmu. Mazmur 37 : 8 - Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah,  itu hanya membawa kepada kejahatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar